get this widget here

Thursday 10 July 2014

KEMBANG MALAM

OLEH: I PUTU SUPARTIKA

Namaku Mylda. Dan orang-orang lebih mengenalku dengan nama kembang malam. Ya kembang malam. Nama yang sungguh mencirikan sebuah hidup yang penuh dengan dosa. Memang hidupku penuh dosa. Sehingga setiap malam dosaku akan bertambah menumpuk bagai gunung Himalaya. Namun, semua orang tak tau alasanku melakukan ini, dan mereka yang tak tau tentang kehidupanku mengira aku melakukan ini karena aku butuh uang untuk hidup. Tapi perkiraan mereka menyimpang tiga ratus enam puluh derajat. Aku melakukan semua dosa ini, karena memang sudah dari ibuku yang melakukan ini. Termasuk aku ada di dunia ini karena perbuatan ibuku dengan laki-laki hidung belang. Aku juga terlahir dari banyak kepala laki-laki yang ingin mencari kepuasan di luar rumah.
Begitu aku lahir, tak ada satu orang pun yang mengakui diriku sebagai anak. Karena takut aib, ibuku dengan rasa yang tak berdosa dan demi kenyamanan hidupnya sendiri, ia tega membuangku yang masih merah dan tak tau-menau tentang apa-apa. Tapi, itu bukan masalah bagiku. Untunglah ada yang memungut diriku dan mengasuhku hingga menjadi seperti ini. Dia adalah germo yang sangat terkenal dari zaman ke zaman. Dia pemasok pelacur terbesar di kota ini. Namanya tak asing lagi bagi para hidung belang. Dialah yang dikenal dengan nama Mellya. Ia pulalah yang menjadikan ibuku pelacur. Dan dia pula yang memanas-manasi aku sehingga aku seperti ini.
Saat aku berumur 15 tahun, dia menceritakan semua kisah hidup ibuku secara gamblang. Dan dia pula yang menyebut diriku untuk pertama kalinya sebagai anak seorang pelacur. Dia mengejekku dan merendahkanku. Ingin aku mengakhiri riwayatnya, namun aku sadar. Aku sadar bahwa detak jantung dan nafasku datang darinya. Kalau bukan dia yang merawatku, mungkin aku sudah tiada lagi di dunia ini. Sementara ibuku. Ibu kandung yang melahirkan diriku tak bertanggung jawab padaku dan tega membuangku karena hanya alas an kehormatan. Padahal dirinya sendiri sudah tak punya kehormatan.
Hingga kini aku tak kenal wajah ibuku. Namun, aku tetap sayang padanya. Karena dia yang melahirkanku. Walaupun ia telah membuang dan menelantarkanku.
Memang ibu kandungku telah menelantarkanku, tapi aku tak mau menyalahkan dia terlalu dalam. Semua itu ia lakukan karena desakan ekonomi, karena ia orang miskin. Dan aku dibuang karena salah para lelaki hidung belang yang telah menghamili ibuku.
Sejak aku tau semua itu dari Mellya, aku bersumpah akan menjadi seorang pelacur selama hidupku, aku akan melayani para hidung belang, dan aku akan merusak kehidupan dan rumah tangganya. Biar impas. Biar sama-sama rugi.
Pada suatu ketika, datang seorang pejabat yang berdasi. Dia menemui ibu angkatku Mellya, katanya ia mau mencari hiburan. Ibu angkatku pun memanggilku.
“Mylda, ayo kemari ada orang yang mencarimu!”
“Iya, sebentar”
Bergegas aku datang dan mendekati ibu angkatku.
“Ini lho Mylda, bapak ini mencari kamu!”
“Oh, aku Mylda,”sambil menyodorkan tanganku pada lelaki itu.
“Aku Sugita, orang terkaya di kota ini”, dia menyodorkan tangannya.
“Oke Mylda, kamu temenin om Sugita malam ini ya, katanya dia mau bayar dua kali lipat. Jangan kecewakan dia!” ibu angkatku berbisik di telingaku sambil tersenyum manja.
Aku mengangguk saja padanya, karena aku tak senang dengan bayaran tinggi. Aku bukan seperti pelacur lain yang hanya mencari uang. Walaupun tak dibayar aku rela demi membalaskan sakit hatiku dan sakit hati ibu kandungku pada lelaki hidung belang. Aku dendam pada semua lelaki hidung belang di dunia ini.
Sugita merayu diriku seperti merayu pelacur lain. Dia akan memberiku rumah bagus, mobil, dan segala yang aku ingin asalkan aku mau menikah dengannya. Dalam hatiku aku berkata “dasar lelaki hidung belang yang tak tau diuntung,” namun aku menerima saja tawarannya, walau aku tak kenal siapa dia. Aku menerimanya bukan alasan harta, namun aku ingin merusak kehidupannya.
Singkat cerita aku telah menjadi istrinya. Tapi dia menempatkanku pada rumah pribadinya, karena ia tak mau istrinya tau bahwa ia menikah lagi. Dan ini kesempatanku untuk mencabik-cabik kehidupannya. Aku mengeruk semua hartanya dan aku sumbangkan ke panti, aku bagi-bagikan pada anak jalanan. Aku berikan pada pelacur lain. Kemudian aku berupaya mencari tau rumah istrinya. Semua orang dekatnya aku tanyai. Hingga suatu hari aku mendapat informasi tentang keberadaan istrinya.
Aku mendatangi rumah istrinya dan di sana aku membeberkan semua kejelekan suaminya. Istrinya marah dan mencaciku. Ia mengatakan aku wanita jalang. Aku tak terima dengan kata-katanya. Langsung saja aku telpon suamiku dan kukatakan padanya, bahwa aku telah di hina oleh istri pertamanya. Tak lama berselang dia pun datang. Istrinya bicara berkoar-koar dan memaki suaminya. Dengan mudahnya suamiku minta cerai padanya. Istrinya menangis dihadapanku. Dia mau memukulku dan menjambak rambutku. Dia juga memakiku. Tapi aku tak memperdulikannya. Aku terseyum lega di hadapannya.
Setelah perceraian itu, aku kuras semua hartanya  Sugita. Hingga dia jatuh miskin. Lalu aku tinggalkan dia, dalam keadaan miskin. Dia memakiku, menjelek-jelekkanku. Namun, telingaku sengaja kusumpal. Aku pergi meninggalkannya. Di dalam hatiku, aku tertawa puas karena aku telah merusak kehidupan seorang lelaki hidung belang walau baru sekali. Akan tetapi, ini sungguh kerja yang luar biasa.
Aku kembali pada ibu angkatku. Dia minta uang padaku, dia begitu memaksa. Aku berikan semua uang di dalam tasku. Ia tertawa kegirangan. Ia lemparkan uang itu ke atas sambil tertawa. Ia memujiku. Tapi aku tak senang dengan pujiannya. Aku sudah punya kepuasan sendiri. Aku tak butuh pujian darinya.
Berhari-hari aku lewati, dengan menjadi diriku sendiri. Menjadi diriku si kembang malam. Aku merayu bayak lelaki hidung belang. Aku membual padanya, dan semuanya terbuai rayuanku. Setelah masuk dalam perangkapku aku hancurkan hidupnya, aku cabik-cabik kehormatannya. Aku beberkan kebusukannya. Dan aku buat dia tersisihkan dari kehidupan.
Begitu banyak aku mendapatkan kepuasaan. Aku telah menghancurkan puluhan kehidupan lelaki hidung belang. Aku bangga pada diriku sendiri karena telah dilahirkan di dunia ini.
Tak berhenti di situ saja, aku tak ingin berhenti dari pekerjaanku ini. Walau banyak yang mengatakan dosa. Mereka mengatakan ini haram. Tapi aku tak perduli. Sama sekali tak perduli.
Semua tak berjalan mulus aku jalani. Banyak orang yang  mengatakan aku kembang malam busuk. Dia menuduhku, bekerja hanya mencari uang dan uang. Dia mengatakan aku sebagai orang yang gila uang. Orang-orang memakiku, dan merendahkan martabatku.
Seseorang juga pernah nyeletuk di samping telingaku.
“Kamu wanita tak tau diri, kamu menghancurkan kehidupan orang lain hanya demi uang, hanya demi harta, dan demi memuaskan nafsumu. Kamu pelacur jalang, tak usah kau hidup di dunia ini. Kau pantasnya hidup menjadi hewan, bukan manusia.”
“Kamu tak tau tentang diriku, lebih baik tutup mulutmu dari pada kamu bicara sembarangan. Kamu juga tak tau kehidupan ibuku dulu, kehidupanku sewaktu kecil yang dibuang, dan apa yang telah dilakukan para lelaki hidung belang pada ibuku.”
Tapi dia terus memakiku, dengan kata-kata yang tak bisa diterima.
Teman-teman pelacur yang lain banyak yang membenciku. Katanya aku merusak langganan. Dia menuduhku, menghancurkan kehidupan mereka. Karena aku dia jarang dapat langganan, karena aku juga anaknya tak makan. Tapi aku biarkan dia bicara apapun padaku. Ini duniaku, bukan dunia mereka. Mereka tak berhak mengurusku dan mencampuri kehidupanku dengan sesuatu yang tak penting. Aku memang ego, tapi aku punya alasan sendiri.
Hingga suatu hari kata-kata orang yang menjelek-jelekkanku sampai di telinga ibu angkatku. Lalu dia memanggilku
“Mylda, apa yang telah kamu lakukan pada semua pelanggan-pelangganmu?”
“Aku tak melakukan apa-apa”
“Jangan bohong kamu, ibu tau apa yang kamu lakukan pada semua pelangganmu. Ayo katakana!”
“Cuma sedikit untuknya”
“Sedikit apa maksudmu?”
“Ya, sedikit pelajaran agar dia kapok”
“Kurang ajar kamu ya! Sekali lagi ibu dengar hal yang tidak mengenakkan, akan ibu usir kamu dari rumah, kamu merusak pelanggan!”
Tetap saja aku tak mempedulikan kata ibu angkatku. Aku terus saja melakukan itu. Dan aku semakin menjadi-jadi. Dan semakin hari aku menjadi buah bibir dikalangan para pelacur dan orang-orang dekatku. Dia menuduhku seperti biasa. Ada yang mengatakan aku mencari uang agar semakin kaya, ada yang mengatakan aku mencari kepuasan nafsu. Tapi semua tuduhan itu tidak benar.
Kabar itupun terdengar lagi sampai ke telinga ibu kandungku. Dan aku mau diusir dari rumah. Tetapi tidak jadi. Mungkin ada alasan tertentu.
Walaupun begitu aku masih menjalani kehidupanku seperti biasa. Orang-orang juga terus menuduhku dengan perkataan yang tidak benar. Aku biarkan saja mereka menuduhku sesuka hatinya.


                                                                                   

                                                                        Singaraja, 1 April 2013

0 comments:

Post a Comment