OLEH:
I PUTU SUPARTIKA
Namaku Mylda.
Dan orang-orang lebih mengenalku dengan nama kembang malam. Ya kembang malam.
Nama yang sungguh mencirikan sebuah hidup yang penuh dengan dosa. Memang
hidupku penuh dosa. Sehingga setiap malam dosaku akan bertambah menumpuk bagai
gunung Himalaya. Namun, semua orang tak tau alasanku melakukan ini, dan mereka
yang tak tau tentang kehidupanku mengira aku melakukan ini karena aku butuh
uang untuk hidup. Tapi perkiraan mereka menyimpang tiga ratus enam puluh
derajat. Aku melakukan semua dosa ini, karena memang sudah dari ibuku yang
melakukan ini. Termasuk aku ada di dunia ini karena perbuatan ibuku dengan
laki-laki hidung belang. Aku juga terlahir dari banyak kepala laki-laki yang
ingin mencari kepuasan di luar rumah.
Begitu aku
lahir, tak ada satu orang pun yang mengakui diriku sebagai anak. Karena takut
aib, ibuku dengan rasa yang tak berdosa dan demi kenyamanan hidupnya sendiri,
ia tega membuangku yang masih merah dan tak tau-menau tentang apa-apa. Tapi,
itu bukan masalah bagiku. Untunglah ada yang memungut diriku dan mengasuhku
hingga menjadi seperti ini. Dia adalah germo yang sangat terkenal dari zaman ke
zaman. Dia pemasok pelacur terbesar di kota ini. Namanya tak asing lagi bagi
para hidung belang. Dialah yang dikenal dengan nama Mellya. Ia pulalah yang
menjadikan ibuku pelacur. Dan dia pula yang memanas-manasi aku sehingga aku
seperti ini.
Saat aku berumur
15 tahun, dia menceritakan semua kisah hidup ibuku secara gamblang. Dan dia
pula yang menyebut diriku untuk pertama kalinya sebagai anak seorang pelacur.
Dia mengejekku dan merendahkanku. Ingin aku mengakhiri riwayatnya, namun aku
sadar. Aku sadar bahwa detak jantung dan nafasku datang darinya. Kalau bukan
dia yang merawatku, mungkin aku sudah tiada lagi di dunia ini. Sementara ibuku.
Ibu kandung yang melahirkan diriku tak bertanggung jawab padaku dan tega
membuangku karena hanya alas an kehormatan. Padahal dirinya sendiri sudah tak
punya kehormatan.
Hingga kini aku
tak kenal wajah ibuku. Namun, aku tetap sayang padanya. Karena dia yang
melahirkanku. Walaupun ia telah membuang dan menelantarkanku.
Memang ibu
kandungku telah menelantarkanku, tapi aku tak mau menyalahkan dia terlalu
dalam. Semua itu ia lakukan karena desakan ekonomi, karena ia orang miskin. Dan
aku dibuang karena salah para lelaki hidung belang yang telah menghamili ibuku.
Sejak aku tau
semua itu dari Mellya, aku bersumpah akan menjadi seorang pelacur selama
hidupku, aku akan melayani para hidung belang, dan aku akan merusak kehidupan
dan rumah tangganya. Biar impas. Biar sama-sama rugi.
Pada suatu ketika,
datang seorang pejabat yang berdasi. Dia menemui ibu angkatku Mellya, katanya
ia mau mencari hiburan. Ibu angkatku pun memanggilku.
“Mylda, ayo
kemari ada orang yang mencarimu!”
“Iya, sebentar”
Bergegas aku
datang dan mendekati ibu angkatku.
“Ini lho Mylda,
bapak ini mencari kamu!”
“Oh, aku Mylda,”sambil
menyodorkan tanganku pada lelaki itu.
“Aku Sugita,
orang terkaya di kota ini”, dia menyodorkan tangannya.
“Oke Mylda, kamu
temenin om Sugita malam ini ya, katanya dia mau bayar dua kali lipat. Jangan
kecewakan dia!” ibu angkatku berbisik di telingaku sambil tersenyum manja.
Aku mengangguk
saja padanya, karena aku tak senang dengan bayaran tinggi. Aku bukan seperti
pelacur lain yang hanya mencari uang. Walaupun tak dibayar aku rela demi
membalaskan sakit hatiku dan sakit hati ibu kandungku pada lelaki hidung
belang. Aku dendam pada semua lelaki hidung belang di dunia ini.
Sugita merayu
diriku seperti merayu pelacur lain. Dia akan memberiku rumah bagus, mobil, dan
segala yang aku ingin asalkan aku mau menikah dengannya. Dalam hatiku aku
berkata “dasar lelaki hidung belang yang tak tau diuntung,” namun aku menerima
saja tawarannya, walau aku tak kenal siapa dia. Aku menerimanya bukan alasan
harta, namun aku ingin merusak kehidupannya.
Singkat cerita
aku telah menjadi istrinya. Tapi dia menempatkanku pada rumah pribadinya,
karena ia tak mau istrinya tau bahwa ia menikah lagi. Dan ini kesempatanku
untuk mencabik-cabik kehidupannya. Aku mengeruk semua hartanya dan aku
sumbangkan ke panti, aku bagi-bagikan pada anak jalanan. Aku berikan pada
pelacur lain. Kemudian aku berupaya mencari tau rumah istrinya. Semua orang
dekatnya aku tanyai. Hingga suatu hari aku mendapat informasi tentang
keberadaan istrinya.
Aku mendatangi
rumah istrinya dan di sana aku membeberkan semua kejelekan suaminya. Istrinya
marah dan mencaciku. Ia mengatakan aku wanita jalang. Aku tak terima dengan
kata-katanya. Langsung saja aku telpon suamiku dan kukatakan padanya, bahwa aku
telah di hina oleh istri pertamanya. Tak lama berselang dia pun datang.
Istrinya bicara berkoar-koar dan memaki suaminya. Dengan mudahnya suamiku minta
cerai padanya. Istrinya menangis dihadapanku. Dia mau memukulku dan menjambak
rambutku. Dia juga memakiku. Tapi aku tak memperdulikannya. Aku terseyum lega
di hadapannya.
Setelah
perceraian itu, aku kuras semua hartanya
Sugita. Hingga dia jatuh miskin. Lalu aku tinggalkan dia, dalam keadaan
miskin. Dia memakiku, menjelek-jelekkanku. Namun, telingaku sengaja kusumpal.
Aku pergi meninggalkannya. Di dalam hatiku, aku tertawa puas karena aku telah
merusak kehidupan seorang lelaki hidung belang walau baru sekali. Akan tetapi,
ini sungguh kerja yang luar biasa.
Aku kembali pada
ibu angkatku. Dia minta uang padaku, dia begitu memaksa. Aku berikan semua uang
di dalam tasku. Ia tertawa kegirangan. Ia lemparkan uang itu ke atas sambil
tertawa. Ia memujiku. Tapi aku tak senang dengan pujiannya. Aku sudah punya
kepuasan sendiri. Aku tak butuh pujian darinya.
Berhari-hari aku
lewati, dengan menjadi diriku sendiri. Menjadi diriku si kembang malam. Aku
merayu bayak lelaki hidung belang. Aku membual padanya, dan semuanya terbuai
rayuanku. Setelah masuk dalam perangkapku aku hancurkan hidupnya, aku
cabik-cabik kehormatannya. Aku beberkan kebusukannya. Dan aku buat dia
tersisihkan dari kehidupan.
Begitu banyak
aku mendapatkan kepuasaan. Aku telah menghancurkan puluhan kehidupan lelaki
hidung belang. Aku bangga pada diriku sendiri karena telah dilahirkan di dunia
ini.
Tak berhenti di
situ saja, aku tak ingin berhenti dari pekerjaanku ini. Walau banyak yang
mengatakan dosa. Mereka mengatakan ini haram. Tapi aku tak perduli. Sama sekali
tak perduli.
Semua tak
berjalan mulus aku jalani. Banyak orang yang
mengatakan aku kembang malam busuk. Dia menuduhku, bekerja hanya mencari
uang dan uang. Dia mengatakan aku sebagai orang yang gila uang. Orang-orang
memakiku, dan merendahkan martabatku.
Seseorang juga
pernah nyeletuk di samping telingaku.
“Kamu wanita tak
tau diri, kamu menghancurkan kehidupan orang lain hanya demi uang, hanya demi
harta, dan demi memuaskan nafsumu. Kamu pelacur jalang, tak usah kau hidup di
dunia ini. Kau pantasnya hidup menjadi hewan, bukan manusia.”
“Kamu tak tau
tentang diriku, lebih baik tutup mulutmu dari pada kamu bicara sembarangan.
Kamu juga tak tau kehidupan ibuku dulu, kehidupanku sewaktu kecil yang dibuang,
dan apa yang telah dilakukan para lelaki hidung belang pada ibuku.”
Tapi dia terus
memakiku, dengan kata-kata yang tak bisa diterima.
Teman-teman
pelacur yang lain banyak yang membenciku. Katanya aku merusak langganan. Dia
menuduhku, menghancurkan kehidupan mereka. Karena aku dia jarang dapat
langganan, karena aku juga anaknya tak makan. Tapi aku biarkan dia bicara
apapun padaku. Ini duniaku, bukan dunia mereka. Mereka tak berhak mengurusku
dan mencampuri kehidupanku dengan sesuatu yang tak penting. Aku memang ego,
tapi aku punya alasan sendiri.
Hingga suatu
hari kata-kata orang yang menjelek-jelekkanku sampai di telinga ibu angkatku.
Lalu dia memanggilku
“Mylda, apa yang
telah kamu lakukan pada semua pelanggan-pelangganmu?”
“Aku tak
melakukan apa-apa”
“Jangan bohong
kamu, ibu tau apa yang kamu lakukan pada semua pelangganmu. Ayo katakana!”
“Cuma sedikit
untuknya”
“Sedikit apa
maksudmu?”
“Ya, sedikit
pelajaran agar dia kapok”
“Kurang ajar kamu
ya! Sekali lagi ibu dengar hal yang tidak mengenakkan, akan ibu usir kamu dari
rumah, kamu merusak pelanggan!”
Tetap saja aku
tak mempedulikan kata ibu angkatku. Aku terus saja melakukan itu. Dan aku
semakin menjadi-jadi. Dan semakin hari aku menjadi buah bibir dikalangan para
pelacur dan orang-orang dekatku. Dia menuduhku seperti biasa. Ada yang
mengatakan aku mencari uang agar semakin kaya, ada yang mengatakan aku mencari
kepuasan nafsu. Tapi semua tuduhan itu tidak benar.
Kabar itupun
terdengar lagi sampai ke telinga ibu kandungku. Dan aku mau diusir dari rumah. Tetapi
tidak jadi. Mungkin ada alasan tertentu.
Walaupun begitu
aku masih menjalani kehidupanku seperti biasa. Orang-orang juga terus menuduhku
dengan perkataan yang tidak benar. Aku biarkan saja mereka menuduhku sesuka
hatinya.
Singaraja,
1 April 2013
0 comments:
Post a Comment