Karya: I Putu Supartika
Perjalanan dari nol
hingga ke nol lagi
Aku yang rabun atau
waktu yang salah menunjukkannya
Hingga terlihat kacau
di bola mataku
Seperti benang yang
lupa lilitannya
Dari deburan ombak itu
tiada hingga diadakan lagi
Dari garis khatulistiwa
yang hanya benang-benang kusut hingga jadi garis nol derajat di peta
Dari umbul-umbul
tergeletak di jalanan hingga berdiri tegak
Dari bendera yang tak
pernah berkibar hingga menempati ujung tiang
Aku saksikan tentang
sebuah perjalanan nol besar
Sebuah pembangunan yang
entah dengan kemajuan atau kemunduran
Yang membuat
kolong-kolong jembatan menjadi rumah kehidupan
Dan kali dengan air
kecoklatan
Dari nol menjadi nol
Perubahan yang jalan di
tempat
Macet
Tergencet arus
kepentingan pribadi
Yang digantung
setinggi-tingginya di atas ubun-ubun
Dipuja
Diusung
Diagung-agungkan
Penjajahan masih tumbuh
subur
Kelaparan dan korupsi
adalah penjajah yang berbahaya
Perebutan kursi berukir
emas adalah awal penjajahan
Dan akhirnya tak pernah
ketemu
Karena perputaran waktu
yang terjadi bagai cakra Wisnu
Bagai lingkaran setan
yang paling setan di antara kaum setan
Perjalanan nol besar
Buat jalan-jalan yang
berlubang
Perut-perut yang
kelaparan
Bayi-bayi tanpa orang
tua
Bau perselingkuhan yang
menusuk merasuk ke lubang hidung
Lokalisasi-lokalisasi
gelap di kota-kota
Petani-petani desa yang
merugi
Orang-orang kaya yang
dapat raskin
Serangan fajar yang
menyusup menyelinap
Transaksi-transaksi di
bawah meja
Amplop-amplop hitam
yang masuk kantong
Janji-janji kampanye
yang terlupakan atau sengaja di lupakan
Perjalanan nol besar
Saat lampu-lampu di
kota begitu terang
Di desa tak ada lampu
yang menyala
Hanya suara anjing yang
menyalak
Di saat perekonomian
mengalir lancar di kota besar
Di desa terpencil macet
tanpa ada solusi
Di saat kota-kota
berdandan cantik dengan tampilan nyentrik masa kini
Di desa masih
compang-camping
Bagaikan diriku yang
baru bangun tidur
Perjalanan nol besar
Untuk tikus-tikus rakus
Kucing-kucing yang lari
terkencing-kencing
Dan pintu-pintu rumah
yang bolong
Lalu buat wajah
bertopeng yang duduk di singgasana
Salam nol besar buatmu
Selumbung, 3 Juli 2014