Wahai bulan yang kelam bintang yang
malang
Dengar teriakan kami yang menderu di
tengah kegelapan malam
Lihat pula tangan kami yang terikat tali
birokrasi
Kaki kami terpasung dalam kehidupan
modernisasi
Kami berteriak semakin kencang
menengadah ke langit hitam
Tapi teriakan kami terpatahkan
oleh tawa yang mengakak dari kami beramai-ramai
Setelah kami melihat bulan berpeluh
bingung,
mondar-mandir dengan bintang yang
nyengir meringis
menjadi pengikut setia bulan
Ah….ah….ah….ah….ah….!
Langit kebablasan menghadapi kenyataan
Beramai-ramai kami naik keatas atap
rumah
untuk menggapai awan yang gelap dalam petang,
tapi tangan kami belum sampai
Lalu kami naik keatas gedung
yangbertingkat
ternyata tak dapat kami jamah
Naik ke atas bukit tapi tak kunjung jua
Naik ke atas gunung yangmenjulang tinggi
sayang pula tak terjamah
Kami pun menyerah kalah
Tangan dan kaki kami lelah
Semuanya menjadi marah-marah tak berarah
Ah………………………….!
Kami manusia konyol
Otak kami tak berpungsi secara maksimal
Pikiran kami terbajak orang tak
bertanggung jawab
Kehendak kami tertekan kursi berukir
emas
Akal kami pun terkunci dalam peti baja
Sementara itu,
tubuh kami terpelanting dari menara kejayaan
kaum terhormat
Oleh: I Putu Supartika
0 comments:
Post a Comment